Doa Bapa kami, mengajarkan kepada kita untuk menyebut Allah sebagai Bapa. Latar belakang doa ini adalah atas permintaan murid-murid Yesus ketika mereka melihat murid murid Yohanes diajarkan berdoa, dan mereka meminta juga kepada Yesus untuk mengajarkan tentang berdoa.
Doa Bapa Kami, mengajarkan kepada kita tentang hubungan yang akrab antara kita sebagai anak dan Allah sebagai Bapa kita. Yesus memulai dengan kalimat "Bapa kami yang di Sorga", Yesus memposisikan diriNya sebagai Anak dan Allah sebagai Bapa. Tidak semua orang layak memanggil Allah sebagai Bapa, dalam Roma 8:14 disebutkan “Anak-anak Allah adalah mereka yang didiami oleh Roh
Allah, oleh Roh Kudus”.Kalau kita pertajam pengertian ini, kita dapat
mengatakan: “Kalau seorang belum didiami oleh Roh Kudus, ia bukan Anak
Allah”. Kehadiran Roh Kudus dalam diri orang percaya tidak bisa
ditawar-tawar, tanpa Roh Kudus seorang tidak bisa masuk Sorga. Dalam
Roma 8:9, Paulus menulis: “Tetapi jika orang tidak memiliki Roh Kristus,
ia bukan milik Kristus”.Artinya, jika seorang tidak memiliki Roh Kudus,
Roh Allah, Roh Tuhan maka ia bukan milik Kristus, bukan milik Allah,
tetapi ia adalah milik si iblis.
Hal pertama bahwa penyebutan Allah sebagai Bapa kita layak bagi kita, ketika kita hidup dalam Kristus dan Roh Kudus berdiam dalam hidup kita.
Dalam pemahaman tentang pemanggilan Allah adalah Bapa secara sederhana dipahami sebagai suatu keakraban kita kepada Allah yang penuh kasih. Dengan memposisikan diri kita sebagai anak, maka dengan akrabnya kita memiliki hubungan yang indah kepada Allah sebagai Bapa kita.
Bapa yang baik adalah orang yang mengayomi, memberikan perlindungan, memberikan rasa aman, dan jaminan kepada anak. Demikian pula anak, dalam memposisikan sebagai anak, selain patuh, taat, kita juga memiliki kedekatan yang sejati, ketika seorang anak meminta sesuatu, bapa tau kebutuhan anak, ketika anak memiliki kesulitan dan tantangan, bapa akan selalu menuntun dan memberikan pendampingan, ketika anak mengalami kelemahan, kekecewaaan, bapa akan selalu memberikan kekuatan. Inilah figur bapa yang baik, dan jika diterapkan dalam pemanggilan kita kepada Allah adalah Bapa, maka seharusnya kita memiliki hubungan yang sangat "mesra" dengan Allah kita.
Jika Allah adalah Bapa kita, masihkah kita merasa jauh dengan Allah kita? ataukah masihkan kita menjauh dari Allah kita? Tuhan Yesus memberkati. GBU.
(David Kandar, Pastor and Lead Minister Kana Methodist Church in Marelan-Medan )
No comments:
Post a Comment