KHOTBAH GMI GETSEMANI
Minggu, 21 September 2008
Tema : Prajurit Kristus dengan Senjata Rohani
Oleh: Ev. David Kandar, S.Th
(diterjemahkan dalam penyampaian melalui Bahasa Mandari oleh : Sdr. Kurniawan Leo)
2 Korintus 10:1-6
1.Aku, Paulus, seorang yang tidak berani bila berhadapan muka dengan kamu, tetapi berani terhadap kamu bila berjauhan, aku memperingatkan kamu demi Kristus yang lemah lembut dan ramah.
2.Aku meminta kepada kamu: jangan kamu memaksa aku untuk menunjukkan keberanianku dari dekat, sebagaimana aku berniat bertindak keras terhadap orang-orang tertentu yang menyangka, bahwa kami hidup secara duniawi.
3.Memang kami masih hidup di dunia, tetapi kami tidak berjuang secara duniawi,
4. karena senjata kami dalam perjuangan bukanlah senjata duniawi, melainkan senjata yang diperlengkapi dengan kuasa
Allah, yang sanggup untuk meruntuhkan benteng-benteng.
5. Kami mematahkan setiap siasat orang dan merubuhkan setiap kubu yang dibangun oleh keangkuhan manusia untuk menentang pengenalan akan Allah. Kami menawan segala pikiran dan menaklukkannya kepada Kristus,
6.dan kami siap sedia juga untuk menghukum setiap kedurhakaan, bila ketaatan kamu telah menjadi sempurna.
Saudara/I yang Tuhan Yesus kasihi,
Panggilan sebagai hamba Tuhan atau pelayan Kristus adalah panggilan yang mulia, karena Allah sendiri yang memanggil, memilih dan mengutus seseorang untuk menjadi hambaNya untuk melakukan tugas pelayanan di dunia ini dan segala tanggung jawab seorang hamba adalah kepada Allah Sang pengutus.
Ketika pertama kali seseorang mendapat panggilan menjadi hamba Tuhan, biasanya ada kebanggan tersendiri, karena berharap akan mengalami keindahan dalam pelayanan. Mungkin harapan keindahan ini terinspirasi dari syair lagu :
“Kerja buat Tuhan terlalu manise, biar pikul salib terlalu manise…” atau terinspirasi melalui lagu “tiada lebih indah ku melayani Yesus, walaupun sukar dan berat jalannya…”
Tetapi pada kenyataan dilapangan pelayanan yang riil, keindahan tersebut sulit dinikmati, karena kenyataanya pelayanan akan diperhadapkan kepada berbagai tantangan, kesulitan, godaan dan cobaan. Pertanyaannya, masihkah seorang hamba Tuhan atau pelayan Kristus sanggup berharap akan keindahan pelayanan?.
Saudara/I yang Tuhan Yesus kasihi, dalam pelayanan akan ada banyak di temui dan dihadapi tantangan dan masalah. Mungkin jemaat tidak banyak memahami, seringkali sebagai hamba Tuhan menghadapi tantangan-tantangan diantaranya hamba Tuhan seringkali dalam tindakannya disalah mengerti karena jemaat seringkali menilai dengan sudut pandang duniawi, sedangkan hamba Tuhan harus kembali kepada prinsip Firman Tuhan, atau seringkali hamba Tuhan di tuduh, dicurigai, difitnah, bahkan diremehkan
(tentang diremehkan, ada contoh, di salah satu gereja, hamba Tuhannya hanya bergelar S.Th, sedangkan ketua majelisnya bergelar Doktor dalam bidang politik, dalam rapat, dalam pelayanan seringkali hamba Tuhan ini tidak dianggap, malah majelis yang bergelar Doktor ini yang sering mengambil langkah dalam pelayanan, bahkan sering melangkahi hamba Tuhan sendiri dan akhirnya mungkin menganggap dia sendiri yang ingin jadi pendetanya, mungkin karena merasa gelarnya Doktor padahal prinsip yang dia gunakan tidak sesuai digunakan di gereja, seharusnya gereja kembali kepada prinsip Firman Tuhan, dan yang dapat mengembalikan prinsip itu adalah hamba Tuhan yang mendalami manajemen dan organisasi gereja yang Alkitabiah). Belum lagi hamba Tuhan yang pelayanan dipedesaan tantangan ditambah lagi dengan masalah finansial, kebutuhan hidup, pendidikan anak-anak
(contohnya hamba Tuhan dipedalaman Kalimantan Barat..........).
Tetapi ternyata bukan hamba Tuhan saat ini yang hanya mengalami tantangan demikian, rasul Paulus juga mengalami tantangan dalam pelayanannya. Karena dalam ayat yang kita baca tadi merupakan pembelaan Paulus atas tantangan pelayanannya, yaitu tuduhan terhadap dirinya yang merebak dikalangan jemaat Korintus.
Beberapa tuduhannya yaitu : Paulus diragukan kerasulannya, dianggap penakut, tidak berani bila berhadapan muka, Paulus dituduh mementingkan diri sendiri, Paulus dituduh mencari keuntungan untuk dirinya sendiri. Dan semua tuduhan itu terangkum dalam ayat 2 yaitu Paulus dituduh masih”Hidup secara duniawi”.
Tetapi menghadapi tantangan demikian, Paulus tidak kebingungan, tetapi dengan tenang ia menjelaskan pembelaannya dalam ayat-ayat yang kita baca tadi.
Dari pembelaan Paulus, kita mendapatkan satu kebenaran yang sangat penting yaitu “PELAYANAN ADALAH PEPERANGAN ROHANI” oleh karena itu setiap hamba Tuhan harus menyadari bahwa dirinya adalah prajurit Kristus yang harus berperang dalam kerohanian dengan mengambil sikap sebagai seorang Prajurit Kristus yang baik.
Bagaimana sikap seorang prajurit Kristus yang baik?
CIRI SEORANG PRAJURIT KRISTUS YANG BAIK BERJUANG TOTAL KEPADA SANG PANGLIMA
Setiap Prajurit pasti memiliki komandan atau panglima tertinggi, begitu juga prajurit Kristus, panglima
atau komandannya adalah Kristus. Perhatikan
Efesus 6:12
“karena perjuangan kita bukanlah melawan
darah dan daging, tetapi melawan pemerintah-pemerintah, melawan penguasa-penguasa, melawan
penghulu-penghulu dunia yang gelap ini, melawan roh-roh jahat di udara.”
2 Timotius 2:3-4
“Ikutlah menderita sebagai seorang prajurit yang baik dari Kristus Yesus.
Seorang prajurit yang sedang berjuang tidak memusingkan dirinya dengan soal-soal penghidupannya,
supaya dengan demikian ia berkenan kepada komandannya.”
Inilah fokus hidup seorang hamba Tuhan sebagai prajurit Kristus, berkenan kepada komandannya atau
panglimanya yaitu Kristus.
Dalam pelayanannya Paulus menghadapi tantangan dari orang-orang yang ingin merusak pelayanannya dengan menuduh Paulus. Ini merupakan musuh rohani, tetapi menghadapi tantangan demikian Paulus tidak memakai cara-cara dunia untuk menghadapinya, karena jika demikian Paulus menyadari bahwa iblis akan mengambil keuntungan. Coba perhatikan yang Paulus katakan “aku memperingatkan kamu demi Kristus yang lemah lembut dan ramah”. Ini sikap Paulus menghadapi tantangan, meneladani Kristus sebagai panglimanya yang lemah lembut dan ramah. Paulus tidak bertindak keras dan kasar, tetapi Paulus menasehati mereka dengan hati Kristus yang penuh kasih, kesabaran dan kelemah lembutan. Paulus tidak mengandalkan emosinya tetapi meneladani karakter Kristus.
Bagaimana tantangan pelayanan saat ini:
Tantangannya seringkali hamba Tuhan, pelayan Tuhan, aktivis gereja tidak meneladani karakter/ ciri Kristus dalam menghadapi tantangan dalam pelayanan, banyak hamba Tuhan lebih taat kepada manusia dari pada kepada Kristus,
Karena karakter Kristus sebagai panglima digeser dengan panglima-panglima lain dalam gereja yang lebih banyak berperan, apa itu panglima dalam gereja atau komandan dalam gereja yang melebihi Kristus, yaitu orang-orang yang berkuasa karena jabatan, uang, posisi, kekayaan, dan keluarga, akhirnya yang dikuatirkan banyak hamba Tuhan yang lebih taat kepada yang demikian. Banyak hamba Tuhan saat ini karena ketua majelisnya adalah kakeknya, maka hamba Tuhan tersebut seenaknya sendiri dalam pelayanan, banyak hamba Tuhan saat ini yang karena uang akhirnya menghianati Kristus sebagai komandannya, dengan lebih taat kepada manusia. Ini jelas salah... karena pelayanan bukan mencari keuntungan duniawi.
CIRI SEORANG PRAJURIT KRISTUS BERJUANG DENGAN SENJATA ROHANI. (AYAT 3-4)
Walaupun tuduhan terhadap Paulus adalah dari manusia yaitu segelintir orang dari jemaat Korintus. Tetapi Paulus sadar bahwa perjuangannya adalah perjuangan rohani. Karena iblislah yang ada dibalik semua tuduhan itu. Sehingga menghadapi hal tersebut Paulus tidak memakai siasat duniawi. Tetapi Paulus memakai senjata rohani yang diperlengkapi dengan kuasa Kristus sebagai panglima.
(apa itu senjata rohani baca Efesus 6:13-17).
Senjata rohani tersebut lebih hebat dari dari senjata dunia, dalam ayat 3 dikatakan “senjata tersebut sanggup mematahkan setiap siasat orang dan merubuhkan setiap kubu yang dibangun oleh keangkuhan manusia untuk menentang pengenalan akan Allah.
Zaman Paulus Dalam budaya Yunani dan Romawi yang selalu mengagungkan hikmat, pada masa itu setiap permasalahan atau tuduhan dalam bidang politik dll akan diselesaikan dengan cara berdebat, karena budaya tersebut sangat mengagungkan retorika/ kefasihan berdebat, bisa saja Paulus dalam menghadapi tuduhan tersebut ia mendebat setiap tuduhan tersebut.Tetapi tidak demikian yang Paulus lakukan walaupun saya yakin Paulus mampu (karena Paulus murid Gamaliel...), ia tetap sabar karena ia tidak mau mengandalkan cara duniawi.
Bagaimana saat ini, ketika hamba Tuhan, pelayan Tuhan, aktivis gereja menghadapi tantangan zaman ini?
Saya ingin katakan hamba Tuhan juga mampu dan bisa saja menggunakan trik atau cara duniawi untuk menghadapi langsung setiap tantangan tersebut, tetapi ketika hamba Tuhan diam tidak melawan bukan berarti penakut, tidak berani mendobrak, tetapi kembali karakter Kristus yang diutamakan.
( kembali contoh cerita diatas tadi tentang salah satu gereja yang hamba Tuhannya hanya S.Th sedangkan ketua majelisnya Doktor politik, Bukan berarti hamba Tuhan yang hanya bergelar S.Th. tidak berani menghadapi Ketua Majelis yang “semau gue” itu, tetapi hamba Tuhan tersebut sadar cara duniawi akan dikalahkan dengan senjata Rohani, karena cara duniawi tidak kekal, dan tidak berkenan kepada Kristus sebagai sang komandan atau panglima.)
Ciri seorang prajurit Kristus yang baik adalah berjuang untuk kemuliaan Kristus sang panglima (ayat 5)
Inilah inti atau tujuan dari perjuangan menghadapi tantangan pelayanan sebagai hamba Tuhan, sebagai pelayan Tuhan sebagai aktivis gereja, yaitu untuk kemuliaan sang Panglima yaitu Kristus bukan untuk memegahkan diri sendiri. Hal ini semakin jelas jika kita membaca dari ps. 1, perhatikan kalimat “untuk kemuliaan Allah” demikian banyak tertulis. (pasal. 1:20, 4:6&15, 8:19, dsb.) Paulus memfokuskan pelayanannya untuk kemuliaan Allah yang dilayaninya. Motivasinya murni. Ia tidak bermaksud mencari keuntungan apapun dari pelayanannya (Pasal. 2:17). Semua semata-mata untuk kemuliaan Allah.
Jika yang Paulus kejar adalah harta, maka
ia tidak perlu melepaskan haknya untuk menerima tunjangan hidup dari gereja Korintus selama ia melayani di sana (2 Kor 11:7). Ia juga tidak perlu bersusah payah bekerja sebagai tukang kemah untuk mencukupi kebutuhannya dalam pelayanan (kis 18:4). Ia juga tidak perlu pergi memberitakan Injil kepada orang-orang Makedonia yang secara ekonomi mereka lemah. Itu hanya merupakan pemborosan uang.
Jika ia mengejar popularitas, maka lebih baik baginya untuk menjual kesaksian-kesaksiannya yang sangat penuh dengan pengalaman yang luar biasa, dari pada memberitakan Kristus yang justru membuatnya mengalami banyak kesengsaraan.
Jika yang dicarinya adalah kenikmatan hidup, ia tidak perlu menyusahkan diri dengan mengabarkan Injil Kristus yang membuatnya menjadi pencatat rekor sebagai yang paling sering dipenjarakan, mengalami hukuman dera di luar batas, sering berhadapan dengan ancaman maut, menerima 195 kali pukulan dari orang Yahudi, dilempari dengan batu, tiga kali mengalami karam kapal dan terkatung-katung di laut sehari semalam. Kehidupannya sebelum berjumpa dengan Kristus lebih menjanjikan kenikmatan hidup. Ia juga tidak perlu menegur jemaat Korintus dalam kesalahan mereka dengan suratnya yang tajam, sehingga membuatnya disalah mengerti dan bahkan dituduh yang tidak-tidak.
Tetapi kita melihat bahwa pilihan Paulus adalah menjadi pelayan Kristus, prajurit Kristus, dan ia berjuang untuk kemuliaan tuannya. Urusan-urusan pribadinya, kepentingan-kepentingan pribadinya, kesenangan-kesenangan pribadinya, ambisi-ambisinya diabaikannya demi melayani Kristus, demi kemuliaan Allah. Ia telah menunjukkan kesetiaanya sebagai prajurit Kristus dalam perjuangan pelayanannya, sehingga menjelang akhir hidupnya ia dengan bangga dapat berkata, “Aku telah mengakhiri pertandingan yang baik, aku telah mencapai garis akhir dan aku telah memelihara iman. Sekarang telah tersedia bagiku mahkota kebenaran yang akan dikaruniakan kepadaku oleh Tuhan”. (2 Tim 4:7-8a) .
Saudara mungkin dalam sudut pandang atau kacamata dunia prinsip hamba Tuhan atau pelayan Tuhan ini adalah ciri prinsip yang bodoh, seperti tidak ada perlawanan, tetapi kalau kita kembali meneladani Kristus, bukankah perjuangan Kristus diatas kayu salib bagi dunia adalah suatu kebodohan, bahkan dinilai gagal oleh dunia. Menurut manusia juga kematian Yesus diatas kayu salib adalah hina, tetapi bagi Allah mulia, menurut manusia kematian Yesus memalukan, tetapi bagi Allah adalah kebanggaan, menurut manusia ketika Yesus mati diatas kayu salib Ia kalah total, tetapi bagi Allah itulah kemenangan Yesus. Oleh karena itu dalam pelayanan menghadapi tantangan apapun, menghadapi “panglima-panglima dunia” yang menggunakan cara duniawi, jangan gentar, sebagai prajurit Kristus yang baik, teladanilah Kristus, berjuang total untuk Kristus, pakailah senjata rohani, dan berjuang untuk kemuliaan Kristus, agar kita berkenan kepada Allah. Karena akhirnya upah kita nanti kita akan mendapat kemuliaan bersama dengan Kristus Sang panglima kita. Karena jerih payah dan perjuangan kita tidak akan sia-sia. AMIN (I Korintus 15 :58).
Minggu, 21 September 2008
Tema : Prajurit Kristus dengan Senjata Rohani
Oleh: Ev. David Kandar, S.Th
(diterjemahkan dalam penyampaian melalui Bahasa Mandari oleh : Sdr. Kurniawan Leo)
2 Korintus 10:1-6
1.Aku, Paulus, seorang yang tidak berani bila berhadapan muka dengan kamu, tetapi berani terhadap kamu bila berjauhan, aku memperingatkan kamu demi Kristus yang lemah lembut dan ramah.
2.Aku meminta kepada kamu: jangan kamu memaksa aku untuk menunjukkan keberanianku dari dekat, sebagaimana aku berniat bertindak keras terhadap orang-orang tertentu yang menyangka, bahwa kami hidup secara duniawi.
3.Memang kami masih hidup di dunia, tetapi kami tidak berjuang secara duniawi,
4. karena senjata kami dalam perjuangan bukanlah senjata duniawi, melainkan senjata yang diperlengkapi dengan kuasa
Allah, yang sanggup untuk meruntuhkan benteng-benteng.
5. Kami mematahkan setiap siasat orang dan merubuhkan setiap kubu yang dibangun oleh keangkuhan manusia untuk menentang pengenalan akan Allah. Kami menawan segala pikiran dan menaklukkannya kepada Kristus,
6.dan kami siap sedia juga untuk menghukum setiap kedurhakaan, bila ketaatan kamu telah menjadi sempurna.
Saudara/I yang Tuhan Yesus kasihi,
Panggilan sebagai hamba Tuhan atau pelayan Kristus adalah panggilan yang mulia, karena Allah sendiri yang memanggil, memilih dan mengutus seseorang untuk menjadi hambaNya untuk melakukan tugas pelayanan di dunia ini dan segala tanggung jawab seorang hamba adalah kepada Allah Sang pengutus.
Ketika pertama kali seseorang mendapat panggilan menjadi hamba Tuhan, biasanya ada kebanggan tersendiri, karena berharap akan mengalami keindahan dalam pelayanan. Mungkin harapan keindahan ini terinspirasi dari syair lagu :
“Kerja buat Tuhan terlalu manise, biar pikul salib terlalu manise…” atau terinspirasi melalui lagu “tiada lebih indah ku melayani Yesus, walaupun sukar dan berat jalannya…”
Tetapi pada kenyataan dilapangan pelayanan yang riil, keindahan tersebut sulit dinikmati, karena kenyataanya pelayanan akan diperhadapkan kepada berbagai tantangan, kesulitan, godaan dan cobaan. Pertanyaannya, masihkah seorang hamba Tuhan atau pelayan Kristus sanggup berharap akan keindahan pelayanan?.
Saudara/I yang Tuhan Yesus kasihi, dalam pelayanan akan ada banyak di temui dan dihadapi tantangan dan masalah. Mungkin jemaat tidak banyak memahami, seringkali sebagai hamba Tuhan menghadapi tantangan-tantangan diantaranya hamba Tuhan seringkali dalam tindakannya disalah mengerti karena jemaat seringkali menilai dengan sudut pandang duniawi, sedangkan hamba Tuhan harus kembali kepada prinsip Firman Tuhan, atau seringkali hamba Tuhan di tuduh, dicurigai, difitnah, bahkan diremehkan
(tentang diremehkan, ada contoh, di salah satu gereja, hamba Tuhannya hanya bergelar S.Th, sedangkan ketua majelisnya bergelar Doktor dalam bidang politik, dalam rapat, dalam pelayanan seringkali hamba Tuhan ini tidak dianggap, malah majelis yang bergelar Doktor ini yang sering mengambil langkah dalam pelayanan, bahkan sering melangkahi hamba Tuhan sendiri dan akhirnya mungkin menganggap dia sendiri yang ingin jadi pendetanya, mungkin karena merasa gelarnya Doktor padahal prinsip yang dia gunakan tidak sesuai digunakan di gereja, seharusnya gereja kembali kepada prinsip Firman Tuhan, dan yang dapat mengembalikan prinsip itu adalah hamba Tuhan yang mendalami manajemen dan organisasi gereja yang Alkitabiah). Belum lagi hamba Tuhan yang pelayanan dipedesaan tantangan ditambah lagi dengan masalah finansial, kebutuhan hidup, pendidikan anak-anak
(contohnya hamba Tuhan dipedalaman Kalimantan Barat..........).
Tetapi ternyata bukan hamba Tuhan saat ini yang hanya mengalami tantangan demikian, rasul Paulus juga mengalami tantangan dalam pelayanannya. Karena dalam ayat yang kita baca tadi merupakan pembelaan Paulus atas tantangan pelayanannya, yaitu tuduhan terhadap dirinya yang merebak dikalangan jemaat Korintus.
Beberapa tuduhannya yaitu : Paulus diragukan kerasulannya, dianggap penakut, tidak berani bila berhadapan muka, Paulus dituduh mementingkan diri sendiri, Paulus dituduh mencari keuntungan untuk dirinya sendiri. Dan semua tuduhan itu terangkum dalam ayat 2 yaitu Paulus dituduh masih”Hidup secara duniawi”.
Tetapi menghadapi tantangan demikian, Paulus tidak kebingungan, tetapi dengan tenang ia menjelaskan pembelaannya dalam ayat-ayat yang kita baca tadi.
Dari pembelaan Paulus, kita mendapatkan satu kebenaran yang sangat penting yaitu “PELAYANAN ADALAH PEPERANGAN ROHANI” oleh karena itu setiap hamba Tuhan harus menyadari bahwa dirinya adalah prajurit Kristus yang harus berperang dalam kerohanian dengan mengambil sikap sebagai seorang Prajurit Kristus yang baik.
Bagaimana sikap seorang prajurit Kristus yang baik?
CIRI SEORANG PRAJURIT KRISTUS YANG BAIK BERJUANG TOTAL KEPADA SANG PANGLIMA
Setiap Prajurit pasti memiliki komandan atau panglima tertinggi, begitu juga prajurit Kristus, panglima
atau komandannya adalah Kristus. Perhatikan
Efesus 6:12
“karena perjuangan kita bukanlah melawan
darah dan daging, tetapi melawan pemerintah-pemerintah, melawan penguasa-penguasa, melawan
penghulu-penghulu dunia yang gelap ini, melawan roh-roh jahat di udara.”
2 Timotius 2:3-4
“Ikutlah menderita sebagai seorang prajurit yang baik dari Kristus Yesus.
Seorang prajurit yang sedang berjuang tidak memusingkan dirinya dengan soal-soal penghidupannya,
supaya dengan demikian ia berkenan kepada komandannya.”
Inilah fokus hidup seorang hamba Tuhan sebagai prajurit Kristus, berkenan kepada komandannya atau
panglimanya yaitu Kristus.
Dalam pelayanannya Paulus menghadapi tantangan dari orang-orang yang ingin merusak pelayanannya dengan menuduh Paulus. Ini merupakan musuh rohani, tetapi menghadapi tantangan demikian Paulus tidak memakai cara-cara dunia untuk menghadapinya, karena jika demikian Paulus menyadari bahwa iblis akan mengambil keuntungan. Coba perhatikan yang Paulus katakan “aku memperingatkan kamu demi Kristus yang lemah lembut dan ramah”. Ini sikap Paulus menghadapi tantangan, meneladani Kristus sebagai panglimanya yang lemah lembut dan ramah. Paulus tidak bertindak keras dan kasar, tetapi Paulus menasehati mereka dengan hati Kristus yang penuh kasih, kesabaran dan kelemah lembutan. Paulus tidak mengandalkan emosinya tetapi meneladani karakter Kristus.
Bagaimana tantangan pelayanan saat ini:
Tantangannya seringkali hamba Tuhan, pelayan Tuhan, aktivis gereja tidak meneladani karakter/ ciri Kristus dalam menghadapi tantangan dalam pelayanan, banyak hamba Tuhan lebih taat kepada manusia dari pada kepada Kristus,
Karena karakter Kristus sebagai panglima digeser dengan panglima-panglima lain dalam gereja yang lebih banyak berperan, apa itu panglima dalam gereja atau komandan dalam gereja yang melebihi Kristus, yaitu orang-orang yang berkuasa karena jabatan, uang, posisi, kekayaan, dan keluarga, akhirnya yang dikuatirkan banyak hamba Tuhan yang lebih taat kepada yang demikian. Banyak hamba Tuhan saat ini karena ketua majelisnya adalah kakeknya, maka hamba Tuhan tersebut seenaknya sendiri dalam pelayanan, banyak hamba Tuhan saat ini yang karena uang akhirnya menghianati Kristus sebagai komandannya, dengan lebih taat kepada manusia. Ini jelas salah... karena pelayanan bukan mencari keuntungan duniawi.
CIRI SEORANG PRAJURIT KRISTUS BERJUANG DENGAN SENJATA ROHANI. (AYAT 3-4)
Walaupun tuduhan terhadap Paulus adalah dari manusia yaitu segelintir orang dari jemaat Korintus. Tetapi Paulus sadar bahwa perjuangannya adalah perjuangan rohani. Karena iblislah yang ada dibalik semua tuduhan itu. Sehingga menghadapi hal tersebut Paulus tidak memakai siasat duniawi. Tetapi Paulus memakai senjata rohani yang diperlengkapi dengan kuasa Kristus sebagai panglima.
(apa itu senjata rohani baca Efesus 6:13-17).
Senjata rohani tersebut lebih hebat dari dari senjata dunia, dalam ayat 3 dikatakan “senjata tersebut sanggup mematahkan setiap siasat orang dan merubuhkan setiap kubu yang dibangun oleh keangkuhan manusia untuk menentang pengenalan akan Allah.
Zaman Paulus Dalam budaya Yunani dan Romawi yang selalu mengagungkan hikmat, pada masa itu setiap permasalahan atau tuduhan dalam bidang politik dll akan diselesaikan dengan cara berdebat, karena budaya tersebut sangat mengagungkan retorika/ kefasihan berdebat, bisa saja Paulus dalam menghadapi tuduhan tersebut ia mendebat setiap tuduhan tersebut.Tetapi tidak demikian yang Paulus lakukan walaupun saya yakin Paulus mampu (karena Paulus murid Gamaliel...), ia tetap sabar karena ia tidak mau mengandalkan cara duniawi.
Bagaimana saat ini, ketika hamba Tuhan, pelayan Tuhan, aktivis gereja menghadapi tantangan zaman ini?
Saya ingin katakan hamba Tuhan juga mampu dan bisa saja menggunakan trik atau cara duniawi untuk menghadapi langsung setiap tantangan tersebut, tetapi ketika hamba Tuhan diam tidak melawan bukan berarti penakut, tidak berani mendobrak, tetapi kembali karakter Kristus yang diutamakan.
( kembali contoh cerita diatas tadi tentang salah satu gereja yang hamba Tuhannya hanya S.Th sedangkan ketua majelisnya Doktor politik, Bukan berarti hamba Tuhan yang hanya bergelar S.Th. tidak berani menghadapi Ketua Majelis yang “semau gue” itu, tetapi hamba Tuhan tersebut sadar cara duniawi akan dikalahkan dengan senjata Rohani, karena cara duniawi tidak kekal, dan tidak berkenan kepada Kristus sebagai sang komandan atau panglima.)
Ciri seorang prajurit Kristus yang baik adalah berjuang untuk kemuliaan Kristus sang panglima (ayat 5)
Inilah inti atau tujuan dari perjuangan menghadapi tantangan pelayanan sebagai hamba Tuhan, sebagai pelayan Tuhan sebagai aktivis gereja, yaitu untuk kemuliaan sang Panglima yaitu Kristus bukan untuk memegahkan diri sendiri. Hal ini semakin jelas jika kita membaca dari ps. 1, perhatikan kalimat “untuk kemuliaan Allah” demikian banyak tertulis. (pasal. 1:20, 4:6&15, 8:19, dsb.) Paulus memfokuskan pelayanannya untuk kemuliaan Allah yang dilayaninya. Motivasinya murni. Ia tidak bermaksud mencari keuntungan apapun dari pelayanannya (Pasal. 2:17). Semua semata-mata untuk kemuliaan Allah.
Jika yang Paulus kejar adalah harta, maka
ia tidak perlu melepaskan haknya untuk menerima tunjangan hidup dari gereja Korintus selama ia melayani di sana (2 Kor 11:7). Ia juga tidak perlu bersusah payah bekerja sebagai tukang kemah untuk mencukupi kebutuhannya dalam pelayanan (kis 18:4). Ia juga tidak perlu pergi memberitakan Injil kepada orang-orang Makedonia yang secara ekonomi mereka lemah. Itu hanya merupakan pemborosan uang.
Jika ia mengejar popularitas, maka lebih baik baginya untuk menjual kesaksian-kesaksiannya yang sangat penuh dengan pengalaman yang luar biasa, dari pada memberitakan Kristus yang justru membuatnya mengalami banyak kesengsaraan.
Jika yang dicarinya adalah kenikmatan hidup, ia tidak perlu menyusahkan diri dengan mengabarkan Injil Kristus yang membuatnya menjadi pencatat rekor sebagai yang paling sering dipenjarakan, mengalami hukuman dera di luar batas, sering berhadapan dengan ancaman maut, menerima 195 kali pukulan dari orang Yahudi, dilempari dengan batu, tiga kali mengalami karam kapal dan terkatung-katung di laut sehari semalam. Kehidupannya sebelum berjumpa dengan Kristus lebih menjanjikan kenikmatan hidup. Ia juga tidak perlu menegur jemaat Korintus dalam kesalahan mereka dengan suratnya yang tajam, sehingga membuatnya disalah mengerti dan bahkan dituduh yang tidak-tidak.
Tetapi kita melihat bahwa pilihan Paulus adalah menjadi pelayan Kristus, prajurit Kristus, dan ia berjuang untuk kemuliaan tuannya. Urusan-urusan pribadinya, kepentingan-kepentingan pribadinya, kesenangan-kesenangan pribadinya, ambisi-ambisinya diabaikannya demi melayani Kristus, demi kemuliaan Allah. Ia telah menunjukkan kesetiaanya sebagai prajurit Kristus dalam perjuangan pelayanannya, sehingga menjelang akhir hidupnya ia dengan bangga dapat berkata, “Aku telah mengakhiri pertandingan yang baik, aku telah mencapai garis akhir dan aku telah memelihara iman. Sekarang telah tersedia bagiku mahkota kebenaran yang akan dikaruniakan kepadaku oleh Tuhan”. (2 Tim 4:7-8a) .
Saudara mungkin dalam sudut pandang atau kacamata dunia prinsip hamba Tuhan atau pelayan Tuhan ini adalah ciri prinsip yang bodoh, seperti tidak ada perlawanan, tetapi kalau kita kembali meneladani Kristus, bukankah perjuangan Kristus diatas kayu salib bagi dunia adalah suatu kebodohan, bahkan dinilai gagal oleh dunia. Menurut manusia juga kematian Yesus diatas kayu salib adalah hina, tetapi bagi Allah mulia, menurut manusia kematian Yesus memalukan, tetapi bagi Allah adalah kebanggaan, menurut manusia ketika Yesus mati diatas kayu salib Ia kalah total, tetapi bagi Allah itulah kemenangan Yesus. Oleh karena itu dalam pelayanan menghadapi tantangan apapun, menghadapi “panglima-panglima dunia” yang menggunakan cara duniawi, jangan gentar, sebagai prajurit Kristus yang baik, teladanilah Kristus, berjuang total untuk Kristus, pakailah senjata rohani, dan berjuang untuk kemuliaan Kristus, agar kita berkenan kepada Allah. Karena akhirnya upah kita nanti kita akan mendapat kemuliaan bersama dengan Kristus Sang panglima kita. Karena jerih payah dan perjuangan kita tidak akan sia-sia. AMIN (I Korintus 15 :58).
No comments:
Post a Comment