Saat ini kita bersama melanjutkan dalam tema yang sama kelanjutan dari pembahasan Paulus dalam I Korintus 14:13-25 tentang Fungsi dan Peranan Bahasa Roh dalam kehidupan berjemaat.
Bahasa Roh pertama kali dialami oleh Para Rasul-Rasul pada hari Pentakosta. (Kisah Para Rasul 2:1-4) yaitu dimana Para rasul keluar dan membagikan berita Injil kepada orang banyak dan berbicara kepada orang banyak pada saat itu dengan bahasa mereka masing-masing.
Lalu pada kelanjutan dalam periode berikutnya kisah yang di alami oleh Rasul-Rasul ini yaitu mengalami Kepenuhan Roh Kudus dengan perwujudan dari penggunaan Bahasa Roh. menjadi salah satu ajaran utama yang penting dalam era Abad 18 dengan munculnya suatu pergerakan yang dinamakan Gerakan Pentakosta. Dengan pokok ajaran, setiap umat Tuhan yang sungguh-sungguh telah bertobat dan telah mendapatkan “Berkat ke dua”/ “Secaond Blessing” harus di wujudkan dengan kemampuan untuk berbahasa Bahasa Roh.
Bahasa Roh atau sering juga dikenal dengan Bahasa Lidah adalah salah satu Karunia yang diberikan oleh Allah kepada umat-Nya. Tetapi banyak penafsiran yang salah mengenai fungsi dan peranan Bahasa Roh ini dalam hubungannya dengan jemaat.
Bahasa Roh adalah bahasa doa kepada Allah yang sangat mungkin tidak dapat dipahami bahkan oleh orang yang berbicara itu sendiri.
Setiap orang Kristen atau orang Percaya tidak semua memiliki karunia Bahasa Roh, karena karunia ini semata-mata adalah pemberian Allah. Allah memberikan karunia yang berbeda-beda pada setiap umat-Nya untuk saling membangun menuju kepada jemaat Allah yang bertumbuh. (I Korintus 12:10)
Mengenai Bahasa Roh sampai saat ini merupakan karunia yang paling menjadi perdebatan di antara berbagai aliran gereja sehingga menimbulkan perpecahan karena perbedaan pendapat tentang penafsiran dari karunia ini.
Tetapi pada saat ini kita bersama akan belajar dari nasihat Paulus dan penjelasannya mengenai apa dan bagaimana Karunia Bahasa Roh yang dimaksud serta pemakaiannya dalam hubungan dengan jemaat.
Dalam teks Alkitab yang telah kita baca:
I Korintus 14:13-25, Paulus memberikan penjelasan yang mendasari pemakaian Bahasa Roh.
BAGIAN PERTAMA
Mengenai Bahasa Roh dan penafsiran / penerjemahan
Perhatikan ayat 13: ”karena itu siapa yang berkata-kata dalam Bahasa Roh, ia harus berdoa supaya kepadanya diberikan juga karunia untuk menafsirkannya ”.
Berarti: Paulus menekankan di sini pemakaian Bahasa Roh sangat perlu ditafsirkan atau diterjemahkan. Karena orang yang berkata-kata dengan Bahasa Roh akan menjadi sia-sia bila berkata-kata di hadapan jemaat atau tidak ada faedahnya, sebab tidak semua orang/ jemaat mampu untuk memahami arti dari Bahasa Roh tersebut. (Ingat!!!!! Setiap anak-anak Tuhan diberikan Tuhan Karunia yang berbeda-beda)
Paulus katakan selanjutnya dalam ayat 14-15:
14. ”Sebab jika aku berdoa dengan bahasa roh, maka roh ku lah yang berdoa, tetapi akal budiku tidak turut berdoa,” 15. jadi apakah yang harus kubuat? Aku akan berdoa dengan roh ku , tetapi aku akan berdoa juga dengan akal budiku; aku akan bernyanyi dan memuji dengan rohku tetapi aku akan bernyanyi dan memuji dengan akal budiku.”
Paulus menekankan tentang penggunaan bahasa Roh dalam kehidupan pribadinya dengan Allah, kalau dia bisa berdoa hanya dengan bahasa roh, hanya roh nya lah yang berdoa, tetapi bagaimana dengan akal budinya.
Ini berkaitan dengan hubungan pribadi kita dengan Allah, jika berbahasa Roh maka hanya Roh saja yang berhubungan dengan Allah sedangkan yang Allah tuntut dari umat-Nya adalah segenap kehidupan kita, segenap hati, segenap jiwa, dan hidup kita seluruh eksistensi dalam hidup kita.
Jika kita kembali kepada isi dari ayat 13 lalu 14-15, kita memahami bahwa jika Bahasa Roh tidak ada yang menafsirkan dan jika hanya berdoa dengan Bahasa Roh saja maka semua akan sia-sia, karena bukan berdasarkan kepada maksud dan tujuan Tuhan untuk membangun umat-Nya. Allah menginginkan adanya suatu keragaman karunia dalam umat-Nya yang memperkaya umatnya untuk senantiasa bertumbuh.
BAGIAN KEDUA,
Selanjutnya perhatikan ayat 16-17, Saling membangun!!
16. ” Sebab jika engkau mengucap syukur dengan rohmu saja, bagaimana orang biasa yang hadir sebagai pendengar dapat mengatakan ”amin” atas pengucapan syukurmu? Bukankah ia tidak tahu apa yang engkau katakan” 17. ”Sebab sekalipun pengucapan syukurmu itu sangat baik tetapi orang lain tidak dibangun olehnya”
Kesatuan dalam gereja sebagai tubuh Kristus salah satunya cirinya adalah saling membangun satu dengan yang lain dalam kehidupan kerohanian. Tetapi jika penggunaan Bahasa Roh digunakan hanya oleh jemaat yang mendapatkan karunia bahasa Roh dipakai dalam keseluruhan jemaat dengan karunia berbeda-beda yang dimungkinkan sekali ada yang tidak memahami bahasa roh, pertanyaan bagi kita apakah itu akan membangun satu dengan yang lain? Satu jemaat atau beberapa kelompok jemaat dengan karunia Bahasa Roh sedangkan jemaat yang lain tidak memahami, malah jika ada jemaat yang baru akan kebingungan, apakah ini membangun???? (Perhatikan ayat 27) ” Jika ada yang berkata-kata dengan bahasa roh , biarlah dua atau sebanyak-banyaknya tiga orang seorang demi seorangdan harus ada seorang lain untuk menafsirkan”
Karunia Bahasa Roh memang diberikan Allah kepada umatNya, tetapi hanya untuk hubungan pribadi dengan Allah, hanya untuk membangun kerohanian pribadi, bukan sebagai bukti penting pertobatan. Bukan juga untuk kesombongan rohani mempertunjukkan kemampuan karunianya dihadapan jemaat. Sehingga akhirnya jemaat tidak dibangun olehnya.
BAGIAN KETIGA
Paulus menjelaskan tentang pemakaian Bahasa Roh dalam jemaat.
Dalam ayat 18 ”Aku mengucap syukur kepada Allah, bahwa aku berkata-kata dengan bahasa roh lebih dari pada kamu semua”
ayat ini menerangkan bahwa sebenarnya dia bisa berbahasa roh. Bahkan dikatakan lebih dari kamu semua, tetapi dalam pertemuan jemaat Paulus lebih suka mengucapkan lima kata yang dapat dimengerti untuk mengajar orang lain daripada beribu kata dalam Bahasa Roh (Perhatikan Ayat 19)
Maksud Paulus disini bahwa karunia bahasa roh ini adalah lebih baik tidak digunakan di dalam jemaat jikalau tidak dapat ditafsirkan atau diterjemahkan, Agar tidak melemahkan iman jemaat .
Ilustrasi : Pengkhotbah Bahasa Mandarin yang tidak diterjemahkan dalam bahasa Indonesia dan saya pendengarnya…………………..saya tidak mendapat berkat apapun dari Firman Tuhan yang disampaikan.
Begitu pula dengan pemakaian bahasa roh ditengah jemaat....................Jemaat tidak mendapat berkat apapun……………………………………….
Dalam ayat berikut (20-25)
BAGIAN KEEMPAT,
ANTARA BAHASA ROH DAN NUBUATAN
Di sini Paulus menekankan antara 2 karunia Bahasa Roh dan Nubuat
Ayat 22. Perhatikan!!!
Bahasa Roh untuk Orang yang beriman, jika yang tidak beriman mendengar akan menganggap GILA.
Jadi perhatikan lagi ayat 23, Jika ada orang dalam suatu kebaktian memakai bahasa roh, datanglah orang yang belum memahami Firman Tuhan, atau belum mempunyai iman yang kuat, atau belum lama menjadi Kristen, atau orang awam mendengarnya, mereka akan kebingungan.
Maka Paulus ...lebih mengutamakan untuk bernubuat Perhatikan ayat 24-25.
.............................................................................................................................
Bernubuat: sama dengan memberitakan Firman Tuhan....Menjelaskan arti dan isi dari Firman Tuhan.
Kesimpulan :
Bahasa Roh memang adalah salah satu dari berbagai karunia rohani yang diberikan oleh Allah, tetapi pada fungsi dan kegunaannya adalah untuk pertumbuhan dan membangun iman pribadi, karena bahasa roh adalah bahasa doa kepada Allah
Paulus menekankan bahwa dalam pertemuan jemaat bahasa roh bukan berguna untuk membangun jemaat, yang lebih berguna untuk membangun jemaat adalah salah satunya bernubuat.
No comments:
Post a Comment