Ada
seorang wanita bernama Gladys Aylward yang saat itu berprofesi sebagai pembantu
rumah tangga di London, suatu ketika ia memiliki kerinduan untuk menjadi
misionaris di Cina, tetapi ketika mengajukan diri kepada lembaga misi ia
ditolak dengan alasan tidak memenuhi syarat.
Karena ditolak, maka pada usia 28 tahun, ia pergi sendiri ke Cina, dan
ia menghabiskan seluruh uang tabungan nya untuk membeli tiket satu arah ke daerah terpencil di Cina
yang bernama Yangcheng. Ia mendirikan penginapan untuk pedagang keliling dan
membagikan alkitab kepada mereka. Selain itu, ia pun melayani desa desa di
sekelilingnya. Dan oleh penduduk sekitar ia dipanggil “Ai-Weh-Deh” (Pribadi
yang baik hati; dalam bahasa Mandarin).
Paulus
juga dalam kisah pelayanannya ia mengabarkan Injil ke dunia. Dan ia menempatkan
dirinya sebagai hamba Kristus Yesus, untuk melayani orang lain sebagai wujud
pelayanan kepada Yesus Kristus. Inilah yang dikatakannya tentang pelayanan:
“Sebab bukan diri kami yang kami beritakan, tetapi Yesus Kristus sebagai Tuhan,
dan diri kami sebagai hambamu karena kehendak Yesus”.
Berbicara
mengenai pelayanan, adalah suatu panggilan yang Tuhan berikan kepada orang orang
pilihanNya, bukan karena tampang atau parasnya, tetapi karena pilihan
kedaulatan Tuhan (Cth. Pemilihan Raja Daud).
Dan berbicara tentang pelayanan,
jangan terbuai dengan “Surga”, yang seringkali diidentikkan dengan pelayanan
itu indah. (Ya memang indah sebagai suatu panggilan, sebagai suatu kekhususan
dari Tuhan), tapi dalam perjalanannya tentu tidak selalu se “mulus”, se
“lancar” yang dipikirkan.
Juga jangan terbuai dengan lagu
“Kerja buat Tuhan selalu manise…” karena terbuai dengan lagu tersebut, akhirnya
ketika ada tantangan langsung “down” dan mundur dari pelayanan.
Pelayanan diibaratkan sebagai suatu
pertempuran (rohani), dimana dalam pertempuran tentu ada perjuangan, ada musuh
(iblis), dan dikatakan iblis bukan hanya menyerupai monster tetapi bisa jadi
ada disekitar kita dalam kalangan orang yang notabene nya sudah percaya
(serigala berbulu domba).
Dalam
kisah pelayanan di jemaat Korintus, pelayanan Paulus tidak semulus dan selancar
yang diharapkan, karena ternyata dalam kehidupan jemaat Korintus banyak masalah
yang harus ia hadapi, timbulnya persoalan-persoalan, seperti keikutsertaan
jemaat Korintus dalam upacara-upcara keagamaan kafir, penghakiman di depan
orang-orang kafir dan pelacuran.
Selain masalah-masalah etis dan
moral,
masalah lain adalah jemaat di Korintus
yang memiliki berbagai macam karunia, sehingga menjadikan jemaat satu dengan
yang lainnya saling menyombongkan diri.
Masalah yang lain yang timbul
adalah keberadaan jemaat di Korintus dikenal karena perpecahan mereka antara
berbagai golongan dan karena perilaku moral mereka yang menyimpang, sehingga
masing-masing membanggakan keunggulannya dan berbuat semaunya tanpa ada aturan.
Bukankah
masalah masalah diatas adalah tanpa disadari atau tidak merupakan bagian bagian
dari masalah gereja Tuhan saat ini?....yang walaupun dalam porsi dan warna yang
tidak terlalu sama tapi dengan tantangan yang levelnya sama. Inilah tantangan pelayanan yang
sebenarnya…Paulus sebagai pelayanan Tuhan mengalami hal yang demikian.
Bahkan dalam 2 Korintus 4 ayat 8-9
jelas diungkapkan oleh Paulus suatu pengalaman rohani yang luar biasa dalam
pelayanan yaitu walau dalam keadaan tekanan ditindas, dianiaya, dihempaskan,
namun dalam keadaan tersebut Paulus tidak terjepit, tidak sendirian, tidak
putus asa. Karena keyakinan iman akan panggilan pelayanan.
Bagaimana dengan pelayanan kita
sebagai pelayan Tuhan, baik hamba Tuhan, aktivis, jemaat?....ada tantangan
dalam melayani?....
Dalam
pengalaman pelayanan saya atau kami pun mengalami tantangan, mengalami tekanan,
di jegal, di kirimi surat pengaduan yang tidak “gentlemen”, yang hampir mem
“block” dan menggagalkan jenjang
pelayanan kami, surat rekomendasi pelayanan kami dihanguskan/ dihancurkan oleh
oknum rekan pelayanan sendiri tanpa berani “bertemu muka” dengan kami. Dianggap
negatif, dianggap peng kritik padahal membenarkan yang salah.
Tapi
dari semuanya itu, kami memiliki konsep perkataan yang sama seperti Paulus
dalam ayat 8-9, bahwa walau kami ditindas kami tidak terjepit, kami habis akal
namun kami tidak binasa, tidak putus asa. Dan akhirnya kami, dan kita semua
harus meyakini, Tuhan ada dan berpihak kepada orang pilihannya.
Makanya tema khotbah ini adalah
“Pelayanan Manusia Tuhan”.
-Manusia Tuhan : Manusia milik
Tuhan, gelar panggilan dipakai Paulus kepada Timotus, “Manusia Tuhan”,
mempunyai keistmewaan panggilan dari Tuhan. (Dalam Perjanjian Lama sering ini
adalah panggilan bagi para nabi).
Maka pelayanan manusia Tuhan harus
diyakini sebagai keistimewaan dari Tuhan dan pertanggung jawaban hanya kepada
Tuhan.
Bagaimana kita bisa memahami bahwa
panggilan pelayanan kita adalah panggilan pelayanan “manusia Tuhan”, Ada
beberapa hal yang menjadi berkat bagi kita menjalani pelayanan seperti yang
Paulus yakini dalam 2 Korintus 4: 1-12:
I.
PELAYANAN
SEBAGAI MANUSIA TUHAN KETIKA KITA MEYAKINI BAHWA YANG MEMANGGIL KITA MELAYANI
ADALAH TUHAN. (Ayat 1 dan ayat 5)
“Oleh
karena kemurahan Allah, kami telah menerima pelayanan ini. Karena itu kami
tidak tawar hati”.
Keyakinan panggilan pelayanan
Paulus ungkapkan sebagai “kemurahan Allah”.
Dalam terjemahan lain: “Kami melihat bahwa pelayanan yang kami
miliki ini kami terima karena anugerah ……
Ketika Paulus memahami bahwa pelayanan sebagai anugerah Allah maka
dapat kita pahami:
- Bahwa pelayanan tidak bisa kita tolak, karena itu kedaulatan Allah.
- Tantangan apapun dalam pelayanan harus dipahami bukan sebagai suatu halangan atau rintangan tetapi kalau boleh saya katakan sebagai “Pembelajaran” untuk kita “naik level” dalam pelayanan yang lebih besar yang akan Tuhan percayakan kepada kita. (Ingat setia dalam perkara kecil, maka Tuhan akan berikan perkara perkara besar).
- Pelayanan harus dipahami sebagai “milik Tuhan”/ “Proyek Tuhan”, Tuhan yang empunya proyek, maka pelayanan kita ada dalam ‘Master plan” (rancangan dan rencana Allah).
Karena pemahaman yang demikian,
Paulus mengatakan ia tidak “tawar hati”.
(tawar hati:
KBBI mengartikan : Hilang keberanian, tidak gembira, tidak bernafsu, tidak
menaruh perhatian, dan sikap dingin).
Jika kita sama seperti Paulus dalam
memahami pelayanan sebagai anugerah Allah yang membuat kita tidak tawar hati,
maka menghadapi tantangan apapun kita akan bersemangat dan senantiasa berkobar
kobar terus dalam pelayanan, dan tidak ada istilah “patah semangat”, “malas”,
bahkan “mundur dari pelayanan”.
II.
PELAYANAN
SEBAGAI MANUSIA TUHAN KETIKA KITA MEMILIKI INTEGRITAS DALAM PELAYANAN. (Ayat 2).
“Tetapi kami menolak segala perbuatan tersembunyi
yang memalukan; kami tidak berlaku licik dan tidak memalsukan firman Allah.
Sebaliknya kami menyatakan kebenaran dan dengan demikian kami menyerahkan diri
kami untuk dipertimbangkan oleh semua orang di hadapan Allah.”
Memiliki integritas berarti:
bertindak konsisten sesuai dengan nilai nilai dan kebijakan akan kebenaran,
sederhana nya “Satu kata satu perbuatan”.
Dalam ayat 2 Paulus dengan berntegritas,
dia menolak segala sesuatu yang tersembunyi dan memalukan, sesuatu yang
memalsukan firman Tuhan, tetapi sebaliknya berani menyatakan kebenaran yang
dipertanggung jawabkan dihadapan semua orang dan terutama dhadapan Allah.
Memang menjadi orang yang
berintegritas terhadap kebenaran ini dalam dunia ini sangat tidak disukai oleh
banyak orang. Menegur orang yang “yang tidak benar” akan pelayanan bisa saja tidak
di pahami dan di terima, atau malah bisa saja di tolak.
(Pengalaman
menegur dan menasehat guru sekolah minggu yang bisa mengajar sekolah minggu,
tapi tidak i kut ibadah...).
Orang yang berintegritas banyak
celaan dan fitnah. (Contoh kampanye yang terjadi baru baru ini)
III.
PELAYANAN SEBAGAI MANUSIA TUHAN KETIKA KITA MEMAHAMI
BAHWA ORANG YANG MENGHAMBAT PELAYANAN ADALAH ORANG YANG MASIH DIBUTAKAN OLEH
“ILAH JAMAN INI” (KEDUNIAWIAN). (AYAT 3-4).
2Co 4:3
Jika Injil yang kami beritakan masih tertutup juga, maka ia tertutup
untuk mereka, yang akan binasa,
2Co 4:4
yaitu orang-orang yang tidak percaya, yang pikirannya telah dibutakan
oleh ilah zaman ini, sehingga mereka tidak melihat cahaya Injil tentang
kemuliaan Kristus, yang adalah gambaran Allah.
Seringkali tantangan dan hambatan
dalam pelayanan di akomodir oleh orang orang yang pemahaman pelayanan nya masih
“dibutakan” oleh prinsip prinsip dunia. Yang akhirnya bukan memahami pelayanan
dalam level panggilan Allah. Tetapi yang hanya didasar oleh keegoisan,
kesombongan, dan prinsip dunia.
Saya ibaratkan yang menghambat
pelayanan seperti supporter sepak bola. Yang hanya tahu teori dan konsep,
tetapi sudah berani menilai. (Contoh : saat piala dunia, kalau club yang kita harapkan
menang ternyata kalah, pasti kita paling hebat dalam menilai dan mengkritik,
tapi coba suruh kita yang jadi pemain, tidak akan kita sehebat mereka yang
sudah berkelas international).
Ini yang harus kita pahami ketika
pelayana kita dihambat, ketika kita di jatuhkan dalam pelayanan, anggaplah
mereka itu sebagai supporter sepak bola, walaupun seolah olah sudah
berpengalaman tetapi pengalamannya hanya sebagai supporter. Kita jangan lemah
dan patah semangat, justru kita pemain yang “manager’ nya adalah Allah.
IV. PELAYANAN SEBAGAI MANUSIA TUHAN
KETIKA KITA MEMAHAMI BAHWA KEKUATAN YANG KITA MILIKI ADALAH DARI ALLAH. (Ayat
7).
“Tetapi harta ini kami punyai dalam bejana tanah
liat, supaya nyata, bahwa kekuatan yang melimpah-limpah itu berasal dari Allah,
bukan dari diri kami.”
Ketika
kita memahami bahwa kita adalah ‘Bejana tanah liat”, yang rapuh, lemah, yang
kadang mengalami kesusahan, air mata, kebingungan, kelemahan dan
ketakutan. Maka kita memerlukan suatu
kekuatan yang menguatkan kita yang tiada lain adalah Allah.
Dalam
pelayanan manusa Tuhan pun demikian, ketika ada tantangan, ada cobaan, ada
masalah, pahami diri kita hanya bejana
tanah liat. Dan dengan demikian kita akan memiliki “PENYERAHAN TOTAL” kepada Allah, sang pemilik pelayanan, yang punya
project pelayanan, yang adalah manager dalam pelayanan kita.
Konklusi:
1.
Pelayanan
adalah semata mata adalah anugerah dan kepercayaan yang Allah berikan bagi
kita.
2.
Dalam
pelayanan ada tantangan, pergumulan dan sebagainya, pahami sebagai
“pembelajaran’ dari Allah agar kita naik level dalam pelayanan.
3.
Pahami
bahwa “gangguan” dalam pelayanan kita berasal dari sesama kita yang masih
dibutakan oleh keduniawian.
4.
Milikilah
integritas dalam pelayanan, ya katakan ya, benar katakan benar, salah katakan
salah.
5.
Takut
akan Tuhan itu kekuatan kita. Kita hanya bejana yang rapuh, kekuatan kita hanya
dari Allah.
6.
Ingat
kita semua punya potensi dari Allah dalam pelayanan, minta pada Allah pelayanan
dan kekuatan untuk melayani, jangan takut dengan tantangan dari keadaan ataupun
dari mereka yang masih dibutakan oleh ilah jaman, maju terus dalam melayani.
7.
Ingat
yang mengukur kemampuan pelayanan kita adalah Allah bukan manusia.
TUHAN YESUS MEMBERKATI.
No comments:
Post a Comment