SELAMAT DATANG

Selamat datang di blog saya, semoga anda diberkati, Tuhan Yesus mengasihi anda.
Jika membutuhkan pelayanan saya silahkan menghubungi email dave_kandar@yahoo.com; atau Hp. 0813-6409-5029.

Tentang saya

My photo
Pelayanan di Gereja Methodist Indonesia (GMI) Getsemani Binjai Sumatera Utara sebagai asistan gembala sidang dan gembala Pos Pelayanan di Brahrang (2004-2011). Gembala Sidang GMI Damai Sejahtera Jakarta Barat (2011-2013). Asistan gembala sidang di GMI Anugerah Batam (2013-2014). Gembala Sidang GMI Kana Marelan (2014-2015). Pimpinan Perguruan PKMI Methodist-10 TK-SD-SMP Belawan (2015-2018). Asistan Pimpinan Jemaat GMI Kanaan Medan (2018-2019). Pimpinan Perguruan PKMI 2 Kisaran Asahan (2019-2021). Gembala Sidang GMI Kanaan Medan (2021-2022). Pimpinan Perguruan PKMI Pangkalan Brandan dan Gembala Sidang GMI Pangkalan Brandan (2022- sekarang) Tinggal di Pangkalan Brandan Langkat dan melayani bersama istri Pdt. Delima Li En dan dikaruniai seorang anak Daud Kharis Delvidson Kandar.

Blog Archive

Friday, June 6, 2008

Tema : “Hati yang Terbuka”Nats : II Korintus 6:11-13

KHOTBAH GMI GETSEMANI BINJAI
Minggu, 08 Juni 2008
Tema : “Hati yang Terbuka”
Nats : II Korintus 6:11-13

Saudara/i yang Tuhan Yesus kasihi,
Surat Paulus yang kedua kepada jemaat di Korintus merupakan surat yang berisi ungkapan “curahan isi hati Paulus” kepada jemaat di kota Korintus.
Secara khusus II Korintus 6:11-13 yang telah kita baca bersama tadi, merupakan bagian dari kelanjutan II Korintus 6:1-10 yaitu tentang ungkapan curahan isi hati Paulus mengenai pelayanannya yang minggu lalu telah dikhotbahkan oleh Pdt. Sudiharto.
Dalam II Korintus 6:1-10 telah dijelaskan minggu lalu, bahwa Paulus mengungkapkan kepada jemaat di Korintus bahwa Paulus sangat mengasihi jemaat di Korintus, dan kasih itu Paulus wujudkan dalam pelayanannya,
seperti yang Paulus katakan dalam ayat ke 11:
“Hai orang-orang Korintus, kami telah berbicara terus terang kepadamu”
Tentang apa Paulus berterus terang kepada jemaat di Korintus ? tentang keterbukaan nya dalam Paulus menjalani pelayanannya, seperti yang telah dikhotbahkan minggu lalu, yaitu tentang kegagalan dalam pelayanan, tentang tantangan dalam pelayanan, bahkan tentang perasaannya, perjuangannya dan penderitaan serta tekanan-tekanan yang dialaminya dalam pelayanan.
Ungkapan-ungkapan Paulus kepada jemaat di Korintus adalah bukti bahwa Paulus menginginkan adanya keterbukaan, adanya komunikasi yang baik, adanya saling memperhatikan antara dirinya dan jemaat di Korintus.
Saudara/I yang sangat dikuatirkan saat ini, bahwa gereja-gereja, bahkan secara khusus anak-anak Tuhan tidak menyadari tentang keterbukaan hati ini, baik antara jemaat dengan jemaat, bahkan antara jemaat dan hamba Tuhan. Mengapa demikian? Karena banyak anak-anak Tuhan berpikiran bahwa yang benar adalah bagaimana bisa menjadi diri sendiri tanpa peduli orang lain, menjadi pribadi yang tertutup (Private person), apakah ini benar???memang jika menurut pandangan dunia ada benarnya, tetapi dalam suatu persekutuan anak-anak Tuhan hal itu adalah pemikiran yang salah, ini namanya ke egoisan.
Saudara/i pemahaman ke Kristenan berbeda dengan pandangan dunia, ke Kristenan mengajarkan bagaimana bahwa kita harus bisa membuka hati satu dengan yang lain, harus bisa belajar simpati satu dengan yang lain, belajar untuk saling memperhatikan satu dengan yang lain,
belajar menyadari bahwa sukacitaku adalah sukacitamu, penderitaanmu adalah penderitaanku, masalahmu adalah masalahku dll.
Dan keterbukaan hati ini menjadi modal yang sangat penting untuk gereja bertumbuh, persekutuan menjadi erat, dan penuh damai sejahtera, modal dasar untuk persekutuan menjadi lebih sehati. Coba perhatikan jemaat mula-mula dalam KPR 2:46-47, mereka bersehati, terbuka satu dengan yang lain dan perhatikan ayat 47 mereka berkembang pesat.
Yang selanjutnya, seperti Paulus mengatakan :
‘ Bagi kamu ada tempat yang luas dalam hati kami’
Apa maksudnya, maksudnya adalah Paulus di setiap pelayanannya tidak pernah mempunyai orang atau jemaat terfavourite, termasuk dalam jemaat di Korintus. Karena Paulus memahami bahwa setiap individu ada dalam satu persekutuan, tidak pernah ada yang Paulus specialkan dalam jemaatnya.


Paulus mengasihi semuanya, tidak ada perbedaan satu dengan yang lain,
karena dalam persekutuan harusnya saling bisa merasakan tantangan yang sama, karena persekutuan adalah tubuh Kristus, yang Yesus Kristus adalah kepalanya, jika tangan sakit, maka seluruh badan terasa sakit, jika bagian tubuh salah sautnya sakit, maka seluruh tubuh bisa merasakannya. Inilah persekutuan.
Sebagaimana Paulus mengungkapkan isi hatinya tentang pelayanannya, maka seharusnya sebagai jemaat, jemaat Korintus terbuka juga hatinya untuk medengar, merasakan dan bersikap simpatik terhadap Paulus, tetapi pada kenyataannya tidak, mengapa demikian ??
Karena jemaat Korintus hatinya masih terbatas untuk menerima keterbukaan hati Paulus. Keterbukaan Paulus tidak mendapatkan respon dari jemaat Korintus.
Paulus sebenarnya menginginkan adanya keterbukaan hati juga dari jemaat Korintus, adanya ‘Kasih yang bersambut’ (Reciprocity of love) antara Paulus dan jemaat di Korintus.
Dan saudara/i masalah yang dihadapi Paulus, adalah masalah gereja-gereja saat ini juga, bahkan bukan saja masalah-masalah gereja, masalah pribadi, masalah rumah tangga, masalah keluarga, masalah pernikahan sering terjadi kegagalan karena tidak saling membuka hati satu dengan yang lain. Sehingga tidak tercipta persekutuan dalam kasih.
Saudara/i, kasih itu, keterbukaan itu , persekutuan itu harus dua arah (love is two way street). Inilah dasar persekutuan secara khusus dalam konteks Paulus sebagai hamba Tuhan dengan jemaat Korintus sebagai jemaatnya.
Sangat disesalkan seperti ungkapan Paulus bahwa kasihnya dan keterbukaan hatinya tidak mendapat respon dan tempat di hati jemaat Korintus dalam ayat 12b ‘Bagi kami hanya tersedia tempat yang sempit di hati kamu’ artinya apa: jemaat Korintus mebatasi diri, tidak mau tau, menutup dirinya terhadap Paulus.
Impilkasi saat ini: banyak gereja, banyak persekutuan juga demikian, tidak ada komunikasi antara jemaat dengan jemaat, bahkan keterbukaan dengan hamba Tuhan pun tidak ada, sehingga dampaknya tidak bisa saling memahami, ketika ada masalah dalam jemaat, tidak mau terbuka langsung, makanya akhirnya munculah gosip-gosip, mungkin karena jemaat tidak tau tujuan dan arah pelayanan pendetanya, atau hamba Tuhannya. Ini karena tidak ada komunikasi, karena akibat dari tidak ada keterbukaan hati.

Saudara/ i coba bayangkan apa yang terjadi jika dalam persekutuan, dalam jemaat, ada ‘keterbukaan hati’, adanya komunikasi, bisa bayangkan??? Buka dan baca Mazmur 133:1-3 “Indahnya Persekutuan” benar???

Maka kalau ingin persekutuan menjadi indah, ikutilah apa yang Paulus katakana dalam ayat 13 “Bukalah hati kamu selebar-lebarnya”

No comments: