Dalam Yesaya 6:8 Lalu aku mendengar suara Tuhan berkata : Siapakah yang akan Kuutus, dan siapakah yang akan pergi untuk Aku ? Maka sahutku : Ini aku, utuslah aku"
Kalimat : Ini aku, utuslah aku kedengarannya sangat indah dan manis di telinga kita, tetapi untuk mewujudkannya dalam realitas kehidupan Kristen tidaklah mudah. Allah dalam Yesus Kristus yang adalah motivator misi merindukan setiap suku bangsa mendengar Injil dan diselamatkan.
Tetapi bagaimana mereka, bisa diselamatkan jika mereka tidak percaya kenapa Dia ? Dan bagaimana mereka bisa percaya kepada Dia jika mereka tidak mendengar tentang Dia ? Dan bagaimana mereka mendengar, tentang Dia jika tidak ada yang memberitakannya ? Dan bagaimana mereka memberitakannya jika mereka tidak diutus ? Seperti ada tertulis : Betapa indahnya kedatangan mereka yang membawa kabar baik (Roma 10:14-15)
Seorang utusan adalah perpanjangan tangan dari si pengutus dan membawa misi dari yang mengutus. Bagian firman Tuhan ini berbicara tentang panggilan Nabi Yesaya menjadi utusan Allah (Presbeou-Band. II Kor.5:10 dan Epesus 6:20) untuk menyampaikan maksud hati Allah kepada umat-Nya . Tidaklah mudah bagi Yesaya untuk langsung menjawab panggilan tersebut. Karena ia tahu bahwa panggilan tersebut berkaitan dengan tugas yang akan diembannya dari Allah yang maha kudus. Ia menyadari keberadaan pribadinya di hadapan Tuhan (band. Ay. 4,5). Melalui firman Tuhan ini kita dapat belajar 3 hal yang berkaitan dengan panggilan untuk menjadi seorang hamba Tuhan (utusan Allah):
1. Ada panggilan dari Tuhan (ay. 8) Allah mengasihi umat-Nya tapi Ia juga dalah Allah yang adil. Ia melihat kebobrokan umatnya (band, Yesaya 3-5) Yesaya mendapat kesempatan yang istimewa, ia melihat Tuhan (band,6:1-2) dan menyadari keberadaan bangsa saya. Allah mengetuk hatinya untuk menjadi penyambung lidah Allah dalam menyampaikan kasih dan keadilan Tuhan bagi umatNya. Ia menjadi utusan Allah. Menjadi seorang utusan bukan karena dorongan yang lain, kemauan diri sendiri atau terpaksa (band. Galatia 1;1-3) melainkan karena Tuhan yang memanggil. 2. Pengusan (ayat 5-6). Yesaya menyadari siapa dirinya di hadapan Tuhan, ia bukanlah seorang yang saleh dan suci, ia merasa tidak layak dengan apa yang sedang ia lihat dan dengar. Ia seorang yang tinggal di antara orang-orang yang najis bibir.
Ia tahu siapa Allah Israel. Yesaya sadar, bahwa menjadi utusan Allah itu merupakan hak istimewa, tetapi dituntut darinya kekudusan hidup. Dikuduskan (Ibrani : Qados, Yunani, Hagios) artinya : dipisahkan, di potong, dikhususkan untuk melakukan pekerjaan dari Allah yang maha kudus. Tiap hari mati terhadap manusia lama (dosa keinginan nafsu duniawi), karena tanpa kekudusan kita tidak layak melayani Alalh dan tidak dapat melihat Dia. Kita harus mempersembahkan tubuh kita sebagai persembahan yang hidup (Roma 12:1). Dengan hati yang tulus dan siap dipakai Tuhan setelah mengalami pengudusan Yesaya dengan rela mengatakan : Ini aku, utuslah aku. Jawaban Nabi Yesaya ini menyatakan kesiapan Yesaya menerima panggilan tersebut dengan segala konsekwensinya dan tanggung jawabnya dalam melaksanakan tugas dan menyampaikan pesan pengutus.
3. Melakukan perintah Tuhan (ayat 9) pergilah ... katakan kepada bangsa ini. Dalam tugas pelayanan seorang yang mengatakan : Ini aku, utuslah aku, harus menyampaikan kehendak dan isi hati Allah sebagai pribadi yang mengutus, bukan pikiran dan kemauan pribadinya. Ia harus taat pada pengutusnya, sebagaimana Paulus mengaku dan mengambil keputusan bahwa ia sebagai tawanan Roh, ia harus selalu taat (band. Kisah Rasul 16:4-6).
Melalui renungan firman Tuhan ini kita belajar bahwa seorang utusan haruslah mempunyai panggilan dari Allah, mengalami pengudusan dan melakukan kehendak Tuhan. Bahwa yang mengatakan Ini aku, utuslah aku adalah kita semua sebagai orang-orang percaya yang telah diselamatkan dengan komitmen kita masing-masing untuk misi dan penginjilan sedunia. Komitmen untuk berdoa ? Sehingga kita berkata : Ini aku, utuslah aku untuk menjadi pendoa yang setia bagi misi dan penginjilan dunia. Komitmen untuk mensuport dengan dana ? Sehingga kita berkata : Ini aku, utuslah aku untuk mensuport misi dan penginjilan dunia dengan dana. Komitmen untuk menyerahkan diri menjadi hamba Tuhan ? Sehingga kita berkata : Ini aku, utuslah aku untuk menjadi komunikator Injil, atau komitmen yang lain ? Tuhan Yesus menanti komitmen kita ! Amin.
Tetapi bagaimana mereka, bisa diselamatkan jika mereka tidak percaya kenapa Dia ? Dan bagaimana mereka bisa percaya kepada Dia jika mereka tidak mendengar tentang Dia ? Dan bagaimana mereka mendengar, tentang Dia jika tidak ada yang memberitakannya ? Dan bagaimana mereka memberitakannya jika mereka tidak diutus ? Seperti ada tertulis : Betapa indahnya kedatangan mereka yang membawa kabar baik (Roma 10:14-15)
Seorang utusan adalah perpanjangan tangan dari si pengutus dan membawa misi dari yang mengutus. Bagian firman Tuhan ini berbicara tentang panggilan Nabi Yesaya menjadi utusan Allah (Presbeou-Band. II Kor.5:10 dan Epesus 6:20) untuk menyampaikan maksud hati Allah kepada umat-Nya . Tidaklah mudah bagi Yesaya untuk langsung menjawab panggilan tersebut. Karena ia tahu bahwa panggilan tersebut berkaitan dengan tugas yang akan diembannya dari Allah yang maha kudus. Ia menyadari keberadaan pribadinya di hadapan Tuhan (band. Ay. 4,5). Melalui firman Tuhan ini kita dapat belajar 3 hal yang berkaitan dengan panggilan untuk menjadi seorang hamba Tuhan (utusan Allah):
1. Ada panggilan dari Tuhan (ay. 8) Allah mengasihi umat-Nya tapi Ia juga dalah Allah yang adil. Ia melihat kebobrokan umatnya (band, Yesaya 3-5) Yesaya mendapat kesempatan yang istimewa, ia melihat Tuhan (band,6:1-2) dan menyadari keberadaan bangsa saya. Allah mengetuk hatinya untuk menjadi penyambung lidah Allah dalam menyampaikan kasih dan keadilan Tuhan bagi umatNya. Ia menjadi utusan Allah. Menjadi seorang utusan bukan karena dorongan yang lain, kemauan diri sendiri atau terpaksa (band. Galatia 1;1-3) melainkan karena Tuhan yang memanggil. 2. Pengusan (ayat 5-6). Yesaya menyadari siapa dirinya di hadapan Tuhan, ia bukanlah seorang yang saleh dan suci, ia merasa tidak layak dengan apa yang sedang ia lihat dan dengar. Ia seorang yang tinggal di antara orang-orang yang najis bibir.
Ia tahu siapa Allah Israel. Yesaya sadar, bahwa menjadi utusan Allah itu merupakan hak istimewa, tetapi dituntut darinya kekudusan hidup. Dikuduskan (Ibrani : Qados, Yunani, Hagios) artinya : dipisahkan, di potong, dikhususkan untuk melakukan pekerjaan dari Allah yang maha kudus. Tiap hari mati terhadap manusia lama (dosa keinginan nafsu duniawi), karena tanpa kekudusan kita tidak layak melayani Alalh dan tidak dapat melihat Dia. Kita harus mempersembahkan tubuh kita sebagai persembahan yang hidup (Roma 12:1). Dengan hati yang tulus dan siap dipakai Tuhan setelah mengalami pengudusan Yesaya dengan rela mengatakan : Ini aku, utuslah aku. Jawaban Nabi Yesaya ini menyatakan kesiapan Yesaya menerima panggilan tersebut dengan segala konsekwensinya dan tanggung jawabnya dalam melaksanakan tugas dan menyampaikan pesan pengutus.
3. Melakukan perintah Tuhan (ayat 9) pergilah ... katakan kepada bangsa ini. Dalam tugas pelayanan seorang yang mengatakan : Ini aku, utuslah aku, harus menyampaikan kehendak dan isi hati Allah sebagai pribadi yang mengutus, bukan pikiran dan kemauan pribadinya. Ia harus taat pada pengutusnya, sebagaimana Paulus mengaku dan mengambil keputusan bahwa ia sebagai tawanan Roh, ia harus selalu taat (band. Kisah Rasul 16:4-6).
Melalui renungan firman Tuhan ini kita belajar bahwa seorang utusan haruslah mempunyai panggilan dari Allah, mengalami pengudusan dan melakukan kehendak Tuhan. Bahwa yang mengatakan Ini aku, utuslah aku adalah kita semua sebagai orang-orang percaya yang telah diselamatkan dengan komitmen kita masing-masing untuk misi dan penginjilan sedunia. Komitmen untuk berdoa ? Sehingga kita berkata : Ini aku, utuslah aku untuk menjadi pendoa yang setia bagi misi dan penginjilan dunia. Komitmen untuk mensuport dengan dana ? Sehingga kita berkata : Ini aku, utuslah aku untuk mensuport misi dan penginjilan dunia dengan dana. Komitmen untuk menyerahkan diri menjadi hamba Tuhan ? Sehingga kita berkata : Ini aku, utuslah aku untuk menjadi komunikator Injil, atau komitmen yang lain ? Tuhan Yesus menanti komitmen kita ! Amin.
No comments:
Post a Comment